Misteri kandungan gizi sarang walet
Selama ratusan tahun konsumsi sarang walet berlangsung, gizi dan faedah liur emas ini masih menyisakan misteri. Menurut pakar walet di Jakarta, Dr., Boedi Mranata, di Tiongkok, negara konsumen sarang walet terbesar di dunia, misteri itu belum banyak terkuak. konsumen fanatik sarang walet sangat percaya bahwa liur emas itu bergizi dan kaya faedah. Namun, tidak sedikit pula yang mencibir dan mengatakan kandungan sarang walet tidak lebih dari sebutir telur.
Penelitian ilmiah di Tiongkok bisa mengubah pandangan yang kontra terhadap gizi sarang burung walet. Li dan Fan pada tahun 2014 menemukan kandungan senyawa protein yang bernama asam sialat pada sarang burung walet. Menurut peneliti lain dari Charles Sturt University, Bing Wang, asam sialat adalah senyawa gula dengan 9 ikatan unsur karbon. Asam sialat tidak ditemukan dalam keadaan bebas di alam melainkan kebanyakan ditemukan pada jaringan syaraf dan otak, menempel pada permukaan sel.
Asam sialat
Dalam tubuh manusia, konsentrasi tertinggi asam sialat ditemukan di otak sebagai bagian dari struktur penghubung sel otak dan penghantar pada syaraf. Asam sialat juga banyak ditemukan pada permukaan sistem saraf hewan bertulang belakang lainnya. Namun, konsentrasi asam sialat pada dinding sel otak manusia 20 kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan lainnya.
Selain pada sarang burung walet, asam sialat juga terkandung pada air susu ibu (ASI). Hasil penelitian lanjutan Li dan Fan makin mencengangkan. Kedua periset asal Tiongkok itu membandingkan kandungan asam sialat pada sarang walet dengan ASI. Hasilnya, kandungan asam sialat pada sarang walet 186 kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan asam sialat pada ASI.
ASI mengandung asam sialat 602.55 µg/ml atau hanya sekitar 0.06% dari kandungan total. Adapun sarang walet jika berbobot 10 gram, kandungan asam sialatnya mencapai 1,86 gram. Artinya 10 gram sarang walet setara dengan mengonsumsi 1,86 liter ASI. Pantas saja tren konsumsi sarang walet marak di Tiongkok bagi ibu hamil dan balita.
Asam sialat berperan dalam proses membangun penghubung sel otak pada manusia. Proses itu terjadi sejak dari kandungan hingga masa bayi, sementara, perkembangan otak paling pesat dimulai setelah janin berumur 8 minggu hingga anak usia 2 tahun.. Oleh karena itu disarankan mengonsumsi sarang burung walet sejak kehamilan 2 bulan hingga anak berumur 2 tahun. Bayi yang baru lahir memiliki sel otak yang belum terhubung satu sama lain. Asam sialat berperan membantu sel otak terhubung dengan cepat sehingga berpengaruh terhadap kecepatan proses pembelajaran dan pembentukan memori jangka panjang.
Manfaat lain sarang walet yang dipercaya konsumen fanatiknya antara lain sebagai antivirus influenza, antioksidan, pencerah kulit, antibengkak, meningkatkan kekuatan tulang, meningkatkan pertumbuhan kulit, antikanker, dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Namun, perlu penelitian lebih lanjut untuk membuktikan ragam faedah tersebut.
Ragam faktor
Peneliti asal Indonesia pun ikut ambil bagian meneliti kandungan sarang walet. Penelitian staf Badan Karantina Pertanian, Dr. drh. Helmi, MSi menunjukkan rata-rata kandungan asam sialat pada sarang walet asal Indonesia mencapai 11,6%. Jumlah itu lebih besar dibandingkan kandungan asam sialat sarang walet asal Malaysia yang hanya 10%. Helmi meriset pada 2016-2017, dengan mengambil lokasi di 13 rumah walet di Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan Banten.
Tahap pertama dilakukan pemilihan rumah walet dan tahap selanjutnya penentuan jumlah sarang disetiap rumah walet. Alumnus Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor itu mengambil 9 keping sarang dari masing-masing rumah walet sebagai sampel. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kandungan asam sialat, digunakan kuisioner, wawancara dengan pengelola rumah walet. Selain itu juga dilakukan observasi rumah walet dan lingkungan sekitarnya serta mengidentifikasi jenis serangga yang dikonsumsi burung walet.
Hasil penelitian Helmi menunjukkan sebanyak 85% sampel mengandung asam sialat di atas 10%. Faktor yang berpengaruh terhadap kandungan asam sialat pada sarang walet di antaranya vegetasi disekitar rumah walet, keragaman makanan, keberadaan tumbuhan, sistem panen dan ketinggian rumah walet dari permukaan laut. Artinya, untuk mendapatkan kandungan asam sialat yang optimal, disarankan untuk memperhatikan faktor-faktor di atas dalam membangun rumah walet.
Secara rinci dijelaskan, semakin beragam vegetasi disekitar rumah walet, kadar asam sialat pada sarang walet akan semakin tinggi. Begitu juga dengan serangga yang dikonsumsi burung walet, semakin beragam serangga yang dikonsumsi, kadar asam sialat di sarang walet akan semakin tinggi. Populasi tanaman juga menjadi penentu, kandungan asam sialat pada sarang walet bertambah, seiring semakin banyaknya populasi tanaman.
Semakin tinggi lokasi rumah walet dari permukaan laut, kadar asam sialat pada sarang walet akan semakin rendah. Penelitian itu menyasar rumah walet dengan ketinggian mulai dari 4 hingga 374 meter di atas permukaan laut (m dpl). Penurunan kadar asam sialat mulai terlihat pada rumah walet dengan ketinggian di atas 200 m dpl. Sistem panen juga mempengaruhi kandungan asam sialat. Dua cara panen yang lazim dikenal adalah panen buang telur dan panen tetasan. Sarang walet yang dipanen dengan cara panen buang telur, memiliki kandungan asam sialat yang lebih tinggi.
Kommentare